Minggu, 02 Juni 2013

Situs Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah

Alhamdulillah Pada 2 Juni 2013, Mr Oji, Mrs.Onetea n Mr Atta berkunjung ke lokasi berikut:
Situs Watu Kandang merupakan situs peninggalan jaman pra sejarah yang terletak di
Dukuh Ngasinan Lor, Desa Karangbangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar Jawa
Tengah. Situs tersebut berupa tatanan batu-batu alam yang teratur dan diduga merupakan
tinggalan jaman Megalithikum (2500 – 1500 SM).
Orientasi Watu Kandang ini ke arah Barat dan Timur, dimana sebelah timur berhadapan dengan
Gunung Lawu, Bangun,dan Ganoman. Maka dari itu bisa disimpulkan batu-batu ini sebagai

tempat pemujaan kapada alam semesta terutama menyembah gunung-gunung tersebut. Hal ini
menunjukan pada masa itu, orang sudah pempunyai pandangan tertentu terhadap Roh atau Dewa.
Mereka mulai mempunyai pandangan hidup yang tidak berhenti setelah orang itu meninggal.


Orang yang meninggal dianggap pergi kesuatu tempat yang lebih baik, dan orang yang sudah meninggal masih dapat dihubungi pada orang yang masih hidup didunia ini begitu sebaliknya. 
orang yang meninggal dianggap orang yang panting berpengaruh, maka selalu diusahakan agar selalu ada
hubungan untuk dimintai nasehat atau perlindungan bila ada kesulitan terhadap kehidupan
didunia. Hal ini bisa dilahat terhadap bentuk Watu Kandang yang menyerupai Kubur Batu dan
Menhir. Inti kepercayaan itu semua terhadap roh nenek moyang semakin berkembang dari
zaman ke zaman, dan secara umum dilakukan oleh setiap masyarakat di dunia.
Upacara yang paling menyolok adalah upacara pada waktu penguburan, terutama bagi mereka
yang dianggap terkemuka oleh masyarakat. Pelaksanaan penguburan dilakukan dengan cara
langsung maupun tak langsung di tempat yang sering dihubungan dengan asal-usul anggota
masyarakat atau tempat-tempat yang sudah dianggap sebagai tempat tinggal arwah nenek
moyang. Si mati biasanya dibekali bermacam-macam barang sehari-hati seperti perhiasan, periuk
dan lain-lain, dikubur bersama-sama dengan maksud agar perjalanan si mati ke dunia arwah dan
kehidupan selanjutnya akan terjamin sebaik-baiknya.

Kematian dipandang tidak membawa perubahan esensiil dalam kedudukan, keadaan ataupun
sifat seseorang. Seseorang bermartabat rendah akan rendah juga kedudukannya di akhirat. Dan
biasanya hanya orang-orang terkemuka atau yang telah pernah berjasa dalam masyarakat sajalah
yang akan mencapai tempat khusus di alam baka. Tapi di pihak lain, jasa, amal atau kebaikan –
yaitu bekal untuk mendapatkan tempat khusus di akhirat dapat diperoleh dengan mengadakan
pesta-pesta tertentu yang mencapai titik puncaknya dengan mendirikan bangunan-bangunan batu
besar (megalitik). Memberi atau menempatkan si mati di dalam tempat yang direka dengan
bangunan batu-batu besar, seperti peti batu, mengelilingnya dengan batu-batu besar-tegak
dengan hiasan-hiasan berukir maupun lukisan yang melambangkan kehidupan si mati dan
masyarakatnya, hal ini akan memberi keuntungan pada kedua belah pihak yaitu yang mati dan
yang ditinggalkan. Jadi batu-batu besar demikian menjadi pelindung bagi tingkat budi baik
seseorang.

Jadi tradisi pendirian bangunan-bangunan megalitik (mega berarti besar, lithos berarti
batu) selalu berdasarkan kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati,
terutama kepercayaan kepada adanya pengaruh kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan
masyarakat dan kesuburan tanaman.

BENTUK DARI WATU KANDANG

    Punden Berundak dimana Batu Kadang ini berdiri condong sehingga seperti punden berundak

yang biasanya disembah sebagai nenek moyang mereka.

    Menhir dimana bentuk dari salah satu dari Watu Kandang yang besar dan berdiri tegak seperti

tugu, maka bisa diasumsikan bahwa Watu Kandang bisa jadi sebagai Tugu yang menurut mereka
suci, dan sebagai tempat pemujaan roh-roh nenek moyang.

    Dolmen dimana Watu Kandang itu membentuk seperti meja di tengah-tengah Watu Kandang

yang lainya, maka bisa diperkirakan sebagai tempat meletakkan sesaji kepada roh nenek
moyangnya.

    Lumbung Batu yang mana Watu Kandang berbentuk besar dan melebar, ditengahnya berbentuk

cukung dan dalam. Maka bisa disimpulkan salah sutu Wutu Kandang Juga sebagai tempat
pengupasan kulit padi.

    Gerabah dimana ditemukan berbagai manik-manik yang terbuat dari tanah liat disekitar Watu

Kandang.

    Manik juga ditemukan manik-manik kecil yang berbentuk Heksagonal, Tetragonal, Silinder,

Cornder.

    Kubur Batu yaitu kuburan atau tempat letak jenazah karena bentuk Watu Kandang yang

membentuk persegi empat dengan ukuran batu dan jarak batu sama dan teratur membentuk

    sebagai tempat jenazah.
 

Air Terjun Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah

Alhamdulillah Pada Tanggal 2 Juni 2013 Mr Oji, Mrs.Onetea n Mr Atta berkunjung ke Tempat Berikut:
Grojogan Sewu merupakan salah satu air terjun yang berada di Jawa Tengah. Terletak di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Air terjun Grojogan Sewu terletak di lereng Gunung Lawu. Grojogan Sewu terletak sekitar 27 km di sebelah timur Kota Karanganyar. Air terjun Grojogan Sewu merupakan bagian dari Hutan Wisata Grojogan Sewu.

Grojogan Sewu berarti air terjun seribu. Meski air terjun di sini tidak berjumlah seribu, tetapi ada beberapa titik air terjun yang dapat dinikmati di sini. Air terjun tertinggi yang ada tingginya sekitar 81 meter. Ada pula air terjun yang tidak terlalu tinggi tetapi pancurannya meluas dan membentuk cabang-cabang. Bila sedang musim hujan, sekeliling tebing akan dihujani air terjun, tetapi saat musim panas, banyak air terjun yang kering.

Hutan Wisata Grojogan Sewu memiliki luas 20 Ha. Kawasan hutan ini banyak ditumbuhi berbagai jenis pohon hutan dan dihuni oleh sekelompok kera jinak. Beberapa fasilitas dari hutan wisata ini adalah Taman Binatang Hutan, kolam renang, tempat istirahat, kios makanan, kios buah-buahan dan cinderamata, mushola dan MCK.

Tama Jurug, Surakarta, Jawa Tengah

Alhamdulillah Pada 2 Juni 2013 Mr.Oji, Mrs.Onetea n Mr Atta berkunjung ke taman Jurug
Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) merupakan salah satu ikon wisata paling populer di kota Solo/Surakarta. TSTJ lazim juga dikenal dengan sebutan Taman Jurug, Kebun Binatang Jurug, atau Jurug saja. Dengan ketiga nama itu semua orang Solo sudah bisa memastikan bahwa yang sedang anda cari adalah kebun yang mengoleksi binatang di kota Solo.

joko tingkir jurugKota Solo memang  berukuran kecil dibanding kotamadya lain di jawa Tengah namun auranya tidak kalah dengan kota-kota besar di Indonesia. Hal ini tidak lain karena Solo memiliki sejarah masa lalu dan masih terasa pengaruhnya hingga kini. Dan hal ini dikarenakan adanya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kerajaan ini memiliki sejarah panjang dan merupakan pecahan dari Kerajaan Mataram Islam.

Taman Jurug letaknya sangat strategis baik dari Kota Solo maupun dari kota-kota di sekitarnya seperti Karanganyar, Sragen, Boyolali, Klaten, dan Sukoharjo. Kebun Binatang Solo dulunya bertempat di Sriwedari tepat di tengah Kota Solo. Seperti kebun binatang Bandung yang berada di Bandung Tengah. Dengan alasan penataan kota, Sriwedari diubah menjadi Taman Hiburan Rakyat (THR) dengan berbagai macam koleksi mainan seperti di Dunia Fantasi Ancol. Kebun Binatang Jurug lokasinya persis di pinggir jalan utama antar kota antar propinsi yang menghubungkan Solo dengan Karanganyar, juga bersebelahan dengan Sungai Bengawan Solo yang legendaris. Sehingga praktis, masyarakat dari manapun bisa singgah ke Taman Jurug. Taman Jurug terletak di Jalan Ir. Soetami bersebelahan dengan kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

Taman Jurug Solo menyimpan berbagai koleksi binatang relatif lengkap sehingga cocok sebagai sarana pengenalan binatang kepada anak. Dan tidak mengherankan jika TSTJ menjadi obyek wisata favorit keluarga masyarakat Solo Raya. Koleksi binatang antara lain merak hijau, macan tutul, harimau sumatera, ular, komodo, iguana, kuda, landak, burung dan berbagai macam unggas lainnya, beruang, kera, zebra, unta, buaya, merak, kijang, gajah, siamang, dan berbagai fauna lainnya. Gajah tertua yang bernama Kyai Rebo di Jurug telah mati dan kini telah diawetkan dan dipajang di galeri koleksi binatang Taman Jurug persis setelah pintu masuk.

Selain fauna, Taman Jurug juga mengoleksi berbagai tumbuhan seperti pohon cemara, pinus, munggur  (trembesi),flamboyan, akasia, dan pohon-pohon besar lainnya. Pohon-pohon yang tinggi dan rindang ini cukup membuat suasana sejuk seperti di hutan habitat asli binatang-binatang itu.
Fasilitas lain di Taman Jurug

Sebagai tempat rekreasi keluarga, TSTJ dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memanjakan pengunjung seperti masjid, arena bermain anak, kereta mini untuk mengelilingi Taman Jurug, dan menunggang gajah. Pada waktu tertentu, anda bisa menyaksikan atraksi reog/jaran dor, penampilan sejenis debus di Banten. Selain sebagai Kebun Binatang, Jurug juga menjadi Taman Budaya Surakarta.

wisata perahu motor di bengawan soloBeberapa koleksi benda bersejarah atau acara kebudayaan juga dipusatkan di Taman Jurug. Untuk menghormati Gesang sang maestro pencipta lagu Bengawan Solo, dibuatlah patung Gesang beserta sanggar seninya. Setiap hari Ahad atau libur nasional anda bia menikmati lantunan lagu-lagu keroncong jawa. Konon kabarnya, Gesang memperoleh inspirasi lagu Bengawan Solo ketika sedang berada di taman ini. Tradisi yang masih rutin digelar dengan waktu pasti adalah syawalan di Taman jurug.

Untuk menguji nyali anda di perairan, terdapat perahu bebek di dekat pintu masuk. Terdapat kolam besar bersebelahan dengan kandang komodo yang digunakan untuk naik perahu bebek. Kolam ini langsung tersambung ke Bengawan Solo. Wahana baru yang layak dicoba adalah perahu motor di Bengawan Solo. Dengan melaut di Bengawan Solo, anda bisa menikmati rindangnya pepohonan di sekitar Taman Jurug dan tebing-tebingnya yang menawan.
Joko Tingkir di Jurug

Syawalan adalah tradisi jawa yang berkaitan dengan Bakda Kupat (baca:bakdo kupat). Tradisi ini sebaai kelanjutan dari pelaksanaan puasa Ramadhan. Di bulan Syawal, setiap orang Islam dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunah selama enam hari dari tanggal dua hingga tujuh syawal. Dan di hari kedelapan itulah, masyarakat Jawa khususnya Solo merayakan hari raya/lebaran kedua yang disebut dengan Bakdo Kupat. Dalam bahasa Indonesia berarti Lebaran ketupat.

masjid jurug soloTradisi Syawalan ini selalu dilaksanakan pada tanggal 8 Syawal setiap tahunnya dengan mengarak Joko Tingkir sepanjang Sungai Bengawan Solo dengan mengendarai buaya, wah keren khan. Joko Tingkir sendiri merupakan tokoh dalam sejarah kerajaan Kartasura. Joko Tingkir yang bergelar Senopati ing Ngalogo dikhabarkan menyusuri kota Solo dengan mengendarai buaya. Untuk mengingat sejarah inilah, pemerintah kota Solo selalu menghadirkan sosok Joko Tingkir di Bengawan Solo. Joko Tingkir sendiri diperankan oleh orang yang berbeda tiap tahun, bisa berasala dari kalangan artis atau kalangan keluarga kraton Surakarta.
Harga tiket di Taman Jurug

Beberapa fasilitas di Taman Jurug dikenakan tarif operasional, diantaranya adalah sebagai berikut:

    Tiket masuk (HTM): Rp 8.000,- hari biasa dan Rp 10.000,- hari libur
    Kereta Mini: Rp 3.000,- satu kali putaran
    Menunggang Gajah: Rp 5.000,- sekali putaran
    Menunggag Delman: Rp 10.000,- sekali putaran

Taman Jurug buka dari jam 07.00-17.00 untuk melayani pengunjung.

Setelah mengunjungi Taman Jurug, anda bisa memuaskan berekreasi ke Taman Agrowisata Sondokoro yang hanya beberapa kilometer saja dari Taman Jurug. Dan anda bisa memilih berbagai hotel untuk menghabiskan liburan di tempat wisata Kota Solo selain di Taman Jurug ini.